Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2013

Study Tour Cinta Ku

Tak pernah ku sangka aku berada di titik ini. Dititik dimana aku harus mengerti . Seharusnya perjalanan ini membuat ku bahagia. Sayangnya tak ku dapatkan itu. Malah pengk h iantan dan luka. Melenyapkan asa ku yang membumbung terlalu jauh. Membuat ku tak bisa bernafas dengan tenang. Kesakitan ku tak pernah ku ketahui pangkal dan ujungnya. Semua terasa padam. Kobaran sang surya memberi kehangatan, membakar hati ku. Tak kuasa tetesan air mata itu melumeri seluruh wajahku. Tuhan salah ku apa? Ingin ku menjerit. Ingin ku berteriak sekeras-kerasnya. Urung jua ku lakukan. Perlahan lahan ku tata emosi ku yang meledak-ledak. Semua sudah cukup jelas. Malahan lebih dari sangat jelas. Mengangakan luka itu dan meracuninya. Serasa tak bisa lagi untuk bertahan dalam kepungan kesedihan. Terjerembab ku terlalu jauh. Ingin ku mengatakan kepada mer e ka berdua . Apa salah ku? Itu yang selalu berada dalam pikiran ku .    “Ngapain kamu disini, kayak orang hilang!” Kata dari seorang mereka   yan

PELANGI PUN MENJEMPUT KU

Kesedihan seakan tak ingin beranjak dari hidup ku. Menghinggapi ku lagi satu persatu dengan perlahan tapi pasti. Mereka yang ku sayangi tega meninggalkan ku sendiri, pergi begitu saja tanpa pesan terakhir. Betapa sedihnya aku tinggal di kota asing yang aku pun   tak kenal satu pun disini. Hanya aku yang masih bertahan entah sampai kapan. Kesedihan ku semakin bertambah saat aku harus menjalani semua hidupku sendiri di tanah makmur namun gersang ini. Kemana aku harus mencari perlidungan   bila tak ada satu orang pun yang melirik ku. Apalagi memberi makan aku. mereka sudah sibuk dengan dunia mereka sendiri yang serakah. Hari demi hari telah ku lalui dengan bijaksana. Aku mencoba bangkit melanjutkan hidup ku   tanpa mereka yang ku sayang. Aku sadar   mereka meninggalkan ku bukan karena mereka ingin meninggalkan ku tapi karena mereka sudah tak sanggup bertahan hidup disini. Ya, bertahan di tanah surga ini. Umur kita sudah tak muda lagi, sudah 10 tahunan. Layaknya manusia aku sudah b

Hitam Nan Terang

Hujan semakin deras menyapa. Kali ini tak ada guntur yang menggelegar. Hanya angin yang bersahutan bersorak riang. Lilin kecil menemaninnya tersayup-sayup terhempas oleh angin. Dingin menyengat hingga palung hati. Ia membiarkan rambut panjangnya yang bercat merah tergerai menutupi seluruh wajahnya. Kemudian menyandarkan kepalanya di tembok dengan ditemani rokok dan secangkir kopi hitam yang mengepul.    Pikiranya kacau, galau tak karu-karuan. Semua pandanganya terlihat semu. Ia terus memandangi aliran hujan yang mengalir di sela-sela jendela. Hatinya semakin memberontak hingga tangisan memecahkan suasana yang hening. Hanya dirinya seorang yang merasakan dan tahu dirinya sendiri. Kenangan bersama kekasihnya terus melintas dan membayangi. Dadanya sesak dan   tak kuasa menahan diri. Rokok yang dari   tadi ditanganya terus Ia hisap sampai habis. Setelah itu ia nyalakan lagi rokoknya. Tak akan berhenti jika belum merasakan ketenangan. Hujan tak kunjung reda. Malah semakin menjadi.